Skip to main content

LUPA? ATAU?

Seringnya aku lupa cara menyapa, memuji, mengagumi, atau sekedar mengilustrasikan perasaan secara verbal,, 
gengsi? Atau memang ta mau ada yang tahu isi hati? 
Tidak juga, 
mungkin memang setiap orang punya cara yang berbeda, 
mungkin inilah caraku, 
terkadang terlalu kelu dalam mengungkap, kaku, 
caraku yang mungkin tak semua mengerti, atau bahkan banyak yang jijik, 
lebay lah, berlebihan lah,dsb. 
aku hanya percaya bahwa kata tak hanya tercipta untuk terangkai tanpa makna, tapi ia punya rasa dan jiwa.

Comments

Popular posts from this blog

DUDUKLAH DISINI, SAHABATKU!

Ijinkan aku duduk disisimu, menemanimu meski dengan kediamanmu Aku pun hanya akan diam, karena hanya itu yang kau butuhkan dariku Aku tau, saki itu, sedih itu, luka hati itu Mungkin bukan aku yang bisa mengobati Aku bukan badut yang bisa membuatmu tertawa Aku bukan lenong yang bisa menghiburmu Aku bukan orang yang pandai melucu Aku tidak membawakanmu coklat, bunga, ataupun Secangkir teh yang bisa menenangkanmu Aku justru memintamu bahkan memaksamu untuk menangis dan lepaskan topengmu sejenak ! Menangislah ! lepas ! lepaskanlah ! Aku hanya bisa menyiapkan telinga dan hatiku Telinga untuk mendengar sedu dan tangismu Hati yang siap menerima sayatan dan torehan luka Dari setiap bulir air mata yang kau teteskan Tangismu menjadi luka di hatiku Dan aku menyuruhmu menangis? Sedih dan sakitmu menjadi lukaku

BAHAGIA DI SATU DEBU

Tak pernah bosan aku berharap Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yang selalu hadir Saat ku bisa mencium harum tubuhmu Pada deretan senja hari ini Kemarin, esok atau lusa... Satu tatap yang tercipta Memaksaku untuk diam di pelukan cinta Luruh tak tertahan Mengelopak pada bunga pagi Segar semerbak mewangikan rumah hatimu Bolehkah aku menengoknya sejenak? Andai kau izinkan Aku ingin meraih bahagia Meski hanya di satu debu

KATANYA.......DIA SAHABATKU

Keluhan tak pernah menjadi penyelesaian Tapi ku ingin mengeluh sekarang Setidaknya mungkin pikiranku bisa sedikit lebih terbuka hhhh..h.. sebenarnya apa yang jad pangkal dari hal-hal yang ada dalam pikirku? Aku masih belum menemukannya, tapi ku pikir ada sedikit celah untuk memahaminya Bahwa, semua ini mungkin berawal karena ku meninggalkan sesuatu yang seharusnya selalu ada,  harus selalu ada di masa kini dan masa depanku dan mungkin juga karna aku ditinggalkan tanpa diberi sedikitpun kata permisi Aku gelisah di antara garis batas kesadaran dan kenyataan, ku sedih di sekat keinginan dan kemampuanku, Harus apa ? Tapi bisa apa? aku mau Tapi aku belum mampu dan ego ku pun masih terlalu tinggi untuk disentuh Jadi sekarang bagaimana? Sejujurnya mungkin yang kubutuhkan adalah dia si penutur kata kata bijak yang selalu  bisa menentramkan hatiku meredam dan memadamkan bara Membuatku fokus dengan apa yang menjadi alasan dari tujuanku Mungkin dia tak perlu ada Tapi kata