Sejak kamu pergi, aku tetaplah menjadi aku. Aku yang selalu merindukanmu, aku yang selalu memanggil namamu diam-diam. Sejak hari mengerikan itu, semua terasa dingin. Ini jantungku berdegup tanpa ada rasa bahagia. Semua benar-benar biasa. Tidak ada satu pun warna yang dapat melukis kedua bibir. Aku selalu berharap kelak kamu akan pulang dan kembali membahagiakanku. Setiap hari, saat senja pulang ke tempatnya, aku selalu menitipkan rindu di sana. Saat purnama menyapa, tak luput aku juga menitipkan rindu dengan alasan yang sama: Aku ingin kamu pulang. Itu saja. Dan, sesederhana itu pintaku pada Tuhan. Aku ingin merengkuh jemarimu seperti yang sering dulu kulakukan. Lalu, kamu gamit tanganku erat. Aku rindu perihal yang pernah kita lewati bersama. Aku rindu senyum yang tampak keasliannya. Senyum yang memang benar-benar aku sedang bahagia karenamu. Bukan seolah-olah aku jadikan senyum sebagai senjata pelipur luka. ...
For Share and Enlightnment