Skip to main content

Tidak Pandai Pada Tempatnya

Kita sering berusaha mengatur emosi agar mempunyai hubungan yang baik pada pasangan. Kita berusaha percaya pada orang yang sering kita sebut ‘Pacar’ bahwa mereka tak akan bermain hati dengan yang lain. Kita selalu berlaku dewasa agar orang sekeliling menganggap bahwa kita begitu bijak. Kita begitu manis dan sopan pada atasan karena takut gaji tidak naik atau takut tidak akan dipromosikan.

Tapi, kita hampir lupa bagaimana merendahkan volume suara depan Ibu ketika beliau berusaha meluruskan jalan yang kita ambil. Tapi, kita hampir lupa bagaimana rasanya menghormati guru ketika mereka dengan ikhlas mengajar. Kita hampir lupa memberi waktu pada teman yang butuh bantuan karena sibuk pacaran.

Iya, kita pandai. Betapa kita pandai menjadi palsu. Berapa kesempatan yang kita buang untuk menjadi bahagia? Berapa nasihat berharga orang tua yang kita sia-siakan? Berapa pula gombalan pacar yang kita makan setiap hari? Kenyang? Kita takut kehilangan orang yang sebenarnya semu, tapi kita tidak menghiraukan orang yang begitu jelas dan tulus rasa sayangnya. Penyesalan baru terasa ketika umur orang tua tak sepanjang yang kita inginkan. Sakit baru terasa ketika kasih sayang tak sehangat ketika mereka masih ada. Begitu banyak waktu terbuang ketika kita mengkhawatirkan pasangan yang sakit tapi cuek mendengar permintaan Ibu yang padahal hanya ingin dipijit.

Selain pandai kita pun begitu rajin. Rajin mengangkat telepon pasangan meskipun dalam keadaan sibuk. Kita rajin membalas pesan mereka walaupun tugas kita begitu menumpuk. Tapi apa pernah kita terbebani dengan keterlambatan kita untuk ibadah dengan tepat waktu atau sejenak menjawab adzan bahkan ketika kita sedang santai?

Maut tak akan terlambat pun tak akan datang terlalu awal. Penyesalan tak akan menginformasikan kapan ia akan bercokol. Semoga kita pandai dan dewasa pada tempatnya.

Comments

Popular posts from this blog

DUDUKLAH DISINI, SAHABATKU!

Ijinkan aku duduk disisimu, menemanimu meski dengan kediamanmu Aku pun hanya akan diam, karena hanya itu yang kau butuhkan dariku Aku tau, saki itu, sedih itu, luka hati itu Mungkin bukan aku yang bisa mengobati Aku bukan badut yang bisa membuatmu tertawa Aku bukan lenong yang bisa menghiburmu Aku bukan orang yang pandai melucu Aku tidak membawakanmu coklat, bunga, ataupun Secangkir teh yang bisa menenangkanmu Aku justru memintamu bahkan memaksamu untuk menangis dan lepaskan topengmu sejenak ! Menangislah ! lepas ! lepaskanlah ! Aku hanya bisa menyiapkan telinga dan hatiku Telinga untuk mendengar sedu dan tangismu Hati yang siap menerima sayatan dan torehan luka Dari setiap bulir air mata yang kau teteskan Tangismu menjadi luka di hatiku Dan aku menyuruhmu menangis? Sedih dan sakitmu menjadi lukaku

BAHAGIA DI SATU DEBU

Tak pernah bosan aku berharap Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yang selalu hadir Saat ku bisa mencium harum tubuhmu Pada deretan senja hari ini Kemarin, esok atau lusa... Satu tatap yang tercipta Memaksaku untuk diam di pelukan cinta Luruh tak tertahan Mengelopak pada bunga pagi Segar semerbak mewangikan rumah hatimu Bolehkah aku menengoknya sejenak? Andai kau izinkan Aku ingin meraih bahagia Meski hanya di satu debu

PENASARAN

  Aku dilahirkan sebagai anak sulung 3 bersaudara, sama seperti anak sulung lainnya, aku berperan sebagai pemberi contoh, sebagai cerminan, pemberi motivasi, tempat berkeluh kesah, berbagi pengalaman dan yang lainnya untuk adikku [tentunya setelah orang tuaku] Menyenangkan memang Dari sinilah aku belajar untuk tidak salah dalam melangkah untuk dijadikan contoh positif pada adikku. Belajar untuk memberi semangat di kala adikku menghadapi kesulitan, berbagi pengalaman baik dan buruk, agar kelak adikku bisa lebih baik lagi daripada aku. Dan sekaligus menjadi sahabatnya, tempat adikku menumpahkan curahan hatinya dan meminta dicarikan solusi. Tapi di balik itu semua aku penasaran J Bagaimana rasanya mendapatkan semua yang telah kusebutkan tadi? Rabb, sungguh aku tak bermaksud untuk tidak bersyukur padaMu Aku bersyukur atas semua yang Kau berikan padaku Karna ku percaya, segala yang Kau berikan padaku untuk saat ini dan seterusnya, itulah yang terbaik J J