Seharusnya ini adalah catatan tadi malam, ketika dengan mudahnya potretmu kembali mengobrak-abrik perasaan,
Ternyata masih belum cukup kuat hatiku, bahkan hanya untuk membendung perasaan yang sama sekali tak asing bagiku,
yang telah kukenal baik setiap getar dibaliknya selama 9 tahun terakhir.
Tapi ternyata memang aku tak mampu meredamnya, hingga rasanya lemas lututku.
Harusnya ini memang catatan tadi malam, entah karena perasaan bahagia bahwa semalam kau ada dan kita bisa berada dalam satu media, merasa tak nyata padahal nyata, bahwa kau ada disana menatap layar yang sama
Aku tak sanggup merangkai semua ini tadi malam, saat malam menjadi terlalu indah untuk dilewatkan tapi juga terlalu sempurna untuk hanya direnungi
Terimakasih, tidurku nyenyak tadi malam.
Detik, menit, jam, hari, minggu, tahun, tahun-tahun, dan entah jenis hitungan waktu apalagi.
Rasanya jika tentangmu semua hanya menjadi tumpukan angka tanpa makna, seolah kosong tak berarti, karena seberapa panjang pun angka-angka penanda waktu itu berderet, rasanya tak akan mampu mengubah apa yang telah kau ubah dalam satu detik waktu masa lalu, tak mampu menghentikan perputaran yang bahkan berjalan lebih cepat dari waktu itu sendiri.
Hingga mungkin justru waktu lah yang akan menjadi usang dan malu karena terlalu lelah menanti aku berhenti mencintaimu.
Aku percaya keajaiban itu nyata, Dan aku tahu aku tak boleh berhenti, ketika Tuhan dengan caraNya membawamu kembali ketika aku memutuskan untuk menyerah. Tepat selangkah sebelum aku melakukannya.
Comments
Post a Comment