Skip to main content

SILENCE is GOLD



Pepatah Diam itu Emas memang sudah sangat familiar di telinga kita
Dan sepertinya memang benar

Diam itu emas
Kala kita tak tahu apa yang harus kita katakan
Kala kita tak bisa berpikir apa tema yang pantas untuk diperbincangkan
Dan terutama di kala kita tak bisa memberikan jawaban terbaik atas pertanyaan-pertanyaan klise yang dilontarkan


Meskipun awalnya aku tak mengerti
Dan sampai saat ini pun aku masih tak memahami
Mungkin aku so' tahu
Tapi,

Aku tahu,
Diam itu..
Kesunyian itu..
Sepi itu..
Kebisuan itu..

Jadi kumohon
Izinkan aku menemanimu
Meski dalam kediamanmu
Meski dalam kebisuanmu
Aku pun tak akan mengatakan apapun dengan kediamanmu
Aku juga tak akan memecahkan kebisuanmu hanya untuk mengetahui apa yang ada dalam kesunyian yang kita lewati
Meskipun aku ingin tahu
Meskipun aku ingin ikut berbaur dengan apa yang kau pikirkan
Meskipun aku ingin ikut bergelut dengan apa yang kau rasakan

Aku tahu diam itu..
Kesunyian itu
Sepi itu
Kebisuan itu
Tapi aku sama sekali tak faham
Atau aku terlalu naif?
Entahlah
Tapi aku mohon
Izinkan aku meski esok, lusa atau kapanpun masih dalam keadaan seperti itu
untuk menemanimu, di sampingmu

Tapi harus tetap kau tahu
Senyummu menciptakan sesuatu yang bisa menghapus kepenatanku
Tawamu membuat aku terjun bersama kebahagiaan yang kau rasakan meskipun aku tak mengalaminya
Dan senyummu merubah segalanya


Comments

Popular posts from this blog

DUDUKLAH DISINI, SAHABATKU!

Ijinkan aku duduk disisimu, menemanimu meski dengan kediamanmu Aku pun hanya akan diam, karena hanya itu yang kau butuhkan dariku Aku tau, saki itu, sedih itu, luka hati itu Mungkin bukan aku yang bisa mengobati Aku bukan badut yang bisa membuatmu tertawa Aku bukan lenong yang bisa menghiburmu Aku bukan orang yang pandai melucu Aku tidak membawakanmu coklat, bunga, ataupun Secangkir teh yang bisa menenangkanmu Aku justru memintamu bahkan memaksamu untuk menangis dan lepaskan topengmu sejenak ! Menangislah ! lepas ! lepaskanlah ! Aku hanya bisa menyiapkan telinga dan hatiku Telinga untuk mendengar sedu dan tangismu Hati yang siap menerima sayatan dan torehan luka Dari setiap bulir air mata yang kau teteskan Tangismu menjadi luka di hatiku Dan aku menyuruhmu menangis? Sedih dan sakitmu menjadi lukaku

BAHAGIA DI SATU DEBU

Tak pernah bosan aku berharap Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yang selalu hadir Saat ku bisa mencium harum tubuhmu Pada deretan senja hari ini Kemarin, esok atau lusa... Satu tatap yang tercipta Memaksaku untuk diam di pelukan cinta Luruh tak tertahan Mengelopak pada bunga pagi Segar semerbak mewangikan rumah hatimu Bolehkah aku menengoknya sejenak? Andai kau izinkan Aku ingin meraih bahagia Meski hanya di satu debu

Sejak Dengan Dia

Di antara banyak hal yang pernah aku temukan, ada satu hal yang sampai saat ini belum sepenuhnya aku benar-benar memahami. Tentang seseorang yang memberi pelukan bukan hanya untuk memberi senang, melainkan rasa tenang. Sejak menemukan dia, aku benci membahas tentang perpisahan, juga kehilangan. Sejak mencintai dia, aku jatuh cinta pada cara semesta yang memberi ruang jatuh cinta dengan cara-cara yang rahasia. Sejak bersama dia, aku tahu, aku tidak lagi jatuh cinta pada matanya, melainkan juga hatinya. Entah bagaimana pun, jika pada akhirnya bukan dia yang menjadi pulangku, tidak akan sekalipun aku menyesal telah mencintainya dengan sebaik ini. Aku bahagia telah menyediakan cinta yang baik, cinta yang tulus, cinta yang jujur, juga cinta yang menerima. Bukankah perasaan terbaik dalam mencintai adalah saat kita berhasil tidak mengharapkan perasaan yang sama akan dia berikan pada kita?