Skip to main content

Puisi Rasa Apa ini?

Senyum yang terukir tanpa alasan yang jelas,
Tingkah konyol yang terkadang bahkan sering membuat ku tersipu,
Perhatian khusus yang membuat hadirku teristimewa,
Yang tak ingin terlewatkan begitu saja,
Tersita akan denting jam yang tak henti berputar,

Tuhan,
Rasa apa ini?

Jangan biarkan rasa tak terarah ini semakin samar – samar,
Jangan biarkan rasa ini menggoyahkan fokus ku,
Jangan biarkan rasa ini membuat titik tujuan ku terabaikan,
Jangan biarkan rasa ini menciptakan kegalauan dan ketidak pastian, bahkan keraguan

Namun,

Bila sosok itu setetes embun pagi yang Engkau kirimkan untuk ku,
Biarkan dia membasahi pagi indahku,
Biarkan dia membantu membasahi kegersangan gurun dalam kehidupan ku,
Biarkan dia tersenyum untuk menyambut masa depan ku,
Biarkan dia hadir dalam nyata ku,

Tuhan,

Ku mohon,

Jadikanlah dia hadiah atas penantian ini,
Arahkan hatinya pada ku,

Aku sadar,
Akan ada hati lain yang terluka,
Terluka atas ingin ku,
Egoiskah aku?

Entahlah. . .
Yang aku tau,
Aku tertarik padanya,
Aku menginginkan langkahnya beriringan dengan ku,
Aku menginginkan tanganya terulur disaat ku mulai rapuh,
Aku menginginkan senyum itu yang kan mengisi semangatku tuk raih satu persatu mimpi – mimpi ku,

Terlalu berharap kah aku akan hati yang telah termiliki itu?

Ku serahkan pada-Mu, Rabb ku
Walau belum pasti,
Kan tetap ku gantungkan rasa tak terarah ini dalam begitu besar harap ku padanya :)

Comments

Popular posts from this blog

DUDUKLAH DISINI, SAHABATKU!

Ijinkan aku duduk disisimu, menemanimu meski dengan kediamanmu Aku pun hanya akan diam, karena hanya itu yang kau butuhkan dariku Aku tau, saki itu, sedih itu, luka hati itu Mungkin bukan aku yang bisa mengobati Aku bukan badut yang bisa membuatmu tertawa Aku bukan lenong yang bisa menghiburmu Aku bukan orang yang pandai melucu Aku tidak membawakanmu coklat, bunga, ataupun Secangkir teh yang bisa menenangkanmu Aku justru memintamu bahkan memaksamu untuk menangis dan lepaskan topengmu sejenak ! Menangislah ! lepas ! lepaskanlah ! Aku hanya bisa menyiapkan telinga dan hatiku Telinga untuk mendengar sedu dan tangismu Hati yang siap menerima sayatan dan torehan luka Dari setiap bulir air mata yang kau teteskan Tangismu menjadi luka di hatiku Dan aku menyuruhmu menangis? Sedih dan sakitmu menjadi lukaku

BAHAGIA DI SATU DEBU

Tak pernah bosan aku berharap Menggantungkan rindu ini pada ribuan kata yang selalu hadir Saat ku bisa mencium harum tubuhmu Pada deretan senja hari ini Kemarin, esok atau lusa... Satu tatap yang tercipta Memaksaku untuk diam di pelukan cinta Luruh tak tertahan Mengelopak pada bunga pagi Segar semerbak mewangikan rumah hatimu Bolehkah aku menengoknya sejenak? Andai kau izinkan Aku ingin meraih bahagia Meski hanya di satu debu

PENASARAN

  Aku dilahirkan sebagai anak sulung 3 bersaudara, sama seperti anak sulung lainnya, aku berperan sebagai pemberi contoh, sebagai cerminan, pemberi motivasi, tempat berkeluh kesah, berbagi pengalaman dan yang lainnya untuk adikku [tentunya setelah orang tuaku] Menyenangkan memang Dari sinilah aku belajar untuk tidak salah dalam melangkah untuk dijadikan contoh positif pada adikku. Belajar untuk memberi semangat di kala adikku menghadapi kesulitan, berbagi pengalaman baik dan buruk, agar kelak adikku bisa lebih baik lagi daripada aku. Dan sekaligus menjadi sahabatnya, tempat adikku menumpahkan curahan hatinya dan meminta dicarikan solusi. Tapi di balik itu semua aku penasaran J Bagaimana rasanya mendapatkan semua yang telah kusebutkan tadi? Rabb, sungguh aku tak bermaksud untuk tidak bersyukur padaMu Aku bersyukur atas semua yang Kau berikan padaku Karna ku percaya, segala yang Kau berikan padaku untuk saat ini dan seterusnya, itulah yang terbaik J J